Selasa, 28 Februari 2012

Uwais Al Qarni - Tidak Terkenal Di Bumi, Tapi, Terkenal Di Langit



Tokoh Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, bahunya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. 


Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah "Uwais al- Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : "Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri". 


Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. 

Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? 

Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat memerlukan perawatannya dan tak harus ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : "Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. 

Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. 

Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, bilakah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas pulang". Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon beredar kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. 

Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi". 

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di serahkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. 

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. 

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. 

Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais kemudian berkata: "Nama saya Uwais al- Qorni". Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: "Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda". Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi. Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. 


Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di penjuru kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah," Tolonglah kami !" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi," Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: "Apa yang terjadi ?" "Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?"tanya kami. "Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! "katanya. "Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!" 


Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah mengembalikan harta kalian. 


Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya."Ya,"jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi- bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang- orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. 

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. 

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi 


TKO








tapi menjadi terkenal di langit

Isnin, 20 Februari 2012

Lebih Baik Hadiahkan Buku..


Pada pendapat akulah, adalah lebih baik memberikan hadiah buku daripada bagi medal ke, plag ke piala ke... terutama buku-buku agama lah. Sebabnya kalau dihadiahkan medal atau piala pada seseorang, ianya hanya sekadar jadi bahan perhiasan je, duk kat dalam alamari, setakat tengok jelah dan cuma jadi satu kebanggaan je. Apa faedahnya?

Piala
contoh gambar hiasan
Contohnya lah, kalau buat apa2 pertandingan atau kuiz ke, jika kita bagi buku , ianya lebih mermanfaat untuk seseorang, boleh menambahkan ilmu dan boleh diguna sampai bila-bila untuk dijadikan bahan rujukan. Tak semestinya buka-buku agama, apa sajelah buku yang sesuai.

Contoh hadiah untuk kuiz sirah
Bungkus lawa-lawa ...
Bukanlah bermaksud tak boleh bagi hadiah2 lain cuma tengoklah mana lebih 'afdhal'. Kalau nak bagi hadiah kahwin pun camtula, balik2 gelas, balik2 gelas..Cubalah tukar sikit minda, bagila buku ke. Benda2 macam ni rasanya memang berguna untuk sebuah keluarga dan...memang confirm la bergunanya.

Contoh buku yang patut ada kat rumah
p/s:Buku macam kat atas ni memang sangat sesuai untuk dijadikan hadiah pada seseorang.

Hafalan Solat Delisa

Nak kongsi satu drama menarik, cerita indon.


Sinopsis: Delisa, seorang gadis kecil yang ceria, tinggal di sebuah kampung kecil bernama Lhok Nga di pantai Aceh. Ayahnya bekerja di luar negara dalam sebuah kapal tangki minyak. Delisa sangat rapat dengan ibunya yang dipanggil Ummi. Delisa ditemani Ummi menjalani ujian solat tiba-tiba tsunami melanda, memusnahkan kampung kecil mereka. Delisa diselamatkan oleh seorang askar bernama Smith. Malangnya, kecederaan menyebabkan kaki kanan Delisa dipotong. Walau bagaimanapun, Delisa tetap berkongsi ketawa.





p/s: Cerita ni bagus, boleh tonton satu family. Sebenarnya mengisahkan  Delisa ni yang beria-ia dalam nak menghafal solatnya. Saya dah tengok dgn keluarga, dah cuba cari balik link dia untuk korang download, tapi tak jumpa. Sory lah yea...try cari sendirilah..

Boleh try kat sini: 
caranya: klik link kat atas ni, start download, klik skip ad, pastu cantum guna hj split.
                                      



Khamis, 16 Februari 2012

Batu Terapung Palsu?

"Salam A'laik.. Sepertimana yang kita semua sedia maklum, 27 Rejab merupakan ulangtahun peristiwa Israk dan Mikraj. Setiap kali itu juga, pasti gambar-gambar palsu batu terapung berkaitan Israk Mikraj disebarkan ke serata dunia internet dan hasilnya, ramailah yang mempercayainya. Jadi, rasa ia satu kewajipan untuk saya sebarkan kepada sesiapa yang masih belum tahu tentang perkara ini.

Berikut adalah gambar-gambar palsu yang kononnya ia adalah Batu Terapung atau Batu Tergantung tersebut.


Gambar PALSU kononnya Batu Terapung / Tergantung di Palestin
Gambar batu yang serupa dari sudut yang lain. Dah Nampak?
Satu lagi sudut gambar palsu ini. Dah jelas?
Sekali lagi sudut yang lain gambar palsu ini. Nampak?
Teknik murahan sebenarnya.. Edit guna Photoshop..

Jadi, mana batu terapung yang aslinya? Berikut adalah gambar ASLI dan SAHIH Batu Terapung yang disebut dalam peristiwa Isra’ Mikraj..


Batu Terapung (asli) Dalam Peristiwa Isra' Mikraj

Berikut adalah soal-jawab dari seorang hamba Allah dengan Dato’ Dr. Haron Din mengenai Batu Terapung / Tergantung seperti yang dinyatakan dalam sejarah Isra’ Mikraj.

SOALAN:
Dato’, saya telah melihat gambar dalam internet dan mendengar beberapa ceramah Israk Mikraj, ada penceramah menunjukkan gambar batu besar yang tergantung-gantung di Masjidil Aqsa, Baitulmaqdis. Adakah benar batu itu terapung (tidak berpijak di bumi) dan terlepas daripada tarikan graviti? Pohon Dato’ perjelaskan apakah sebenarnya.

JAWAPAN Dato’ Dr Haron Din :

Tempat Rasulullah SAW Dimikrajkan
Ulama umumnya berpendapat Rasulullah SAW bermikraj dari satu tempat di Baitulmaqdis yang disebut sebagai Qubbatul Mikraj (kubah tempat dimikrajkan). Tempat itu juga dikenali sebagai Sakhrah Baitulmaqdis.

Pengalaman Al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud ‘Tempat Nabi bermikraj’, disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): “Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT.

“Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi.”

“Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi SAW berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda SAW maka batu itu tergantung. Saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya.”

“Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain.”

Inilah penulisan yang saya rujuk daripada penulisan seorang ulama besar yang dikenali dengan nama Ibnul ‘Arabi. Daripada sinilah timbul cerita demi cerita yang menyatakan batu tempat Nabi Muhammad SAW tergantung-gantung. Itu adalah cerita dahulu. Ada sandarannya, ada catatannya dalam kitab-kitab yang berautoriti, termasuk daripada kitab yang saya sebutkan tadi.

Batu Terapung Pada Hari Ini Dari Pengalaman Dato’ Dr Haron Din
Ada pun mutakhir ini, saya sendiri berpengalaman, telah masuk dan melihat batu tersebut, yang sekarang tempat itu dikenali sebagai Qubbatul Sakhrah (kubah yang di bawahnya ada batu). Sekarang ini sudah berada di belakang daripada Masjid al Aqsa.

Jika dilihat Masjid al-Aqsa, imam akan dilihat berada nun jauh daripada arah kiblat dan berakhir kawasan masjid dengan Qubbatul Sakhrah ini.


Satu lagi gambar asli dan sahih Batu Terapung. Para Jemaah Mengambil Kesempatan Solat Di Bawah Batu Terapung

Meneliti Batu Terapung
Saya telah memasuki tempat ini, berpeluang melihat batu itu dan masuk ke bawahnya. Memang batu itu benar-benar wujud dan terletak di tengah-tengah bangunan. Gambaran sekarang ini, batu itu jika dilihat daripada bawah, seolah-olah seperti sebuah payung besar, seperti gua yang kita berada di bawahnya. Saya menganggarkan keluasan tempat itu, sebesar ruang solat untuk 20 atau 25 orang, jika untuk masuk bersesak-sesak boleh sampai 150 orang.

Keadaan Berubah
Merenung batu itu dengan cermat, saya dapati ia sekarang terletak di atas fondisi konkrit batu yang kukuh. Di segenap arahnya berpijak ke atas fondisi itu dan tidak nampak pun ia tergantung seperti yang dijelaskan di atas. Semasa lawatan itu, saya kebetulan bertemu dengan Imam Besar Masjid al-Aqsa yang berada di situ, di samping pemandu pelancong kami. Mereka menyatakan memang dahulu batu besar yang macam payung itu tergantung-gantung.

Kegerunan Hati Manusia
Oleh kerana banyak pembesar-pembesar negara dan banyak pelawat-pelawat luar datang, mereka terperanjat dan amat gerun dengan keadaan batu itu, banyak yang tidak berani masuk di bawah batu itu, kerana takut tiba-tiba batu itu menghempap. Memandangan hal keselamatan penting dan mengelak daripada berlakunya berbagai tanggapan orang ramai ke atas keadaan yang unik itu, maka pihak berkuasa mengambil tindakan membina fondisi yang menyambung batu itu dari bumi.


Gambar simpanan lama Batu Terapung dari sudut atas.

Batu Tersebut Diubahsuai
Ketakutan pembesar-pembesar zaman ini samalah seperti yang dirasai oleh al-Imam Aku Bakar Ibnul ‘Arabi seperti dalam bukunya. Maka atas itulah batu tersebut sudah tidak lagi kelihatan tergantung-gantung, tetapi ia diubahsuai menjadi seperti sebuah bangunan yang di bawahnya boleh dimasuki, ia kelihatan seperti sebuah batu biasa yang dapat dilihat.


Sumber:szlihin
Wallahua'lam

Orang Tinggi Di Dunia Kat Cenderawasih

Semalam, pergi kat pasar malam cenderawasih nak carik lauk sikit, tengok orang ramai je duk 'kerumun' dekat depan restoran kg tengah, betul2 tengah pasar malam. Tengok2, rupanya ada orang tinggi kat situ. Tak tau la apa ke namanya,klu tak silap dari pakistan. Ramai orang duk ambik gambar. Suruh adam (anak no 4) ambik gambar,...takut...tinggi sangat tu jadi takut gamaknya.

dar pakisTAN ke kuanTAN..







p/s: sesungguhnya Allah tidak menciptakan makhluknya secara sia-sia, melainkan untuk kita berfikir akan hebatnya Allah swt yang boleh mencipta segala..



Mekah Ditengah-Tengah London


"Mekah di tengah-tengah London". Begitulah tajuk akhbar harian terkemuka British Daily Mail pada hujung minggu lalu.



Laporan tersebut menulis mengenai orang Islam British yang melaksanakan solat Jumaat di sebuah jalan di London. Mereka terpaksa solat di atas jalan kerana ruangan masjid sudah penuh sehingga tidak dapat menampung jemaah yang ramai.
Dalam artikel bertajuk “The Mecca of the city: In a London street, the faithful find a way to pray as their mosque overflows”, harian itu melaporkan ramai yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada Jumaat lalu. Mereka melihat ramai orang berdoa bersama di luar.

jemaah di london
”Perkara itu bukanlah pemandangan biasa di England,” tulisan the Daily Mail.
Dalam bayangan gedung pencakar langit dan ruang kaca serta batu-batu di Mile Square, ratusan umat Muslim berlutut di jalanan melaksanakan solat Jumaat. Kegiatan selama satu jam di jantung daerah kewangan kota London itu ternyata menjadi sangat popular sehingga jemaah memenuhi jalan-jalan di sekitar masjid komuniti kecil.
mekah di london
Pekerja yang memakai uniform bercampur dengan umat Islam dari komuniti Bangladesh tempatan. Mereka terkeluar sehingga ke jalan-jalan di sekitar Bentley dan kawasan letak kereta.
Masjid Brune Street di Spitalfields, London Timur, merupakan masjid terdekat untuk solat Jumaat bagi pekerja. Ramai juga jemaah yang datang dari Brick Lane dan Whitechapel. Pekerja-pekerja profesional mengisi jalan di bawah bangunan perniagaan yang menjulang tinggi. Umat Muslim tanpa memakai kasut melakukan solat Jumaat dan bersujud menghadap ke kiblat.
Dalam ruangan masjid yang hanya dapat menampung 100 orang, sekitar 300 umat Muslim yang bekerja di kawasan berhampiran hadir bersama penduduk setempat yang juga ingin menjalankan solat Jumaat. Hasilnya, jemaah solat Jumaat melimpah sehingga ke jalan.
“Ia berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini” ujar seorang pekerja yang masih mengenakan pakaian solat Jumaat. “Ramai orang yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada hari Jumaat. Kerana, mereka melihat ramai orang berdoa bersama di luar. Mereka melaksanakan solat tepat di tengah Kota London.” 
Sumber:isuhangat
p/s:kalau satu kaum itu tidak mahu memartabatkan islam, Allah akan memilih kaum yang lain. Bangsa arab yang dulunya jahiliyah dipandang mulia kerana memartabatkan islam, hari ini bagaimana dengan bangsa arab? Mulianya melayu kalau memartabatkan islam, bukan islam mulia kerana melayu..

Rabu, 15 Februari 2012

Ketaatan Hanya Dalam Kebaikan



Dari Abi Thalib r.a, beliau berkata;

"Rasulullah saw mengutus suatu pasukan dan menugaskan seorang laki-laki dari kaum Ansar untuk menjadi pemimpin, dan menyuruh mereka untk mematuhinya dan mentaatinya, lalu mereka pun menjadikan dia marah kerana suatu perkara, dia pun berkata:Kumpulkan kayu bakar, lalu mereka mengumpulkannya, kemudian dia berkata: nyalakanlah api dan mereka pun menyalakannya, kemudian dia berkata: bukankah Rasulullah saw menyuruh kalian supaya patuh dan taat kepadaku? Mereka berkata: ya, tentu. Dia berkata: masuklah kalian kedalam api tersebut. Maka sebahagian mereka memandang sebahagian yang lain dan mereka berkata: sesungguhnya kami berlari dari api neraka kepada Rasulullah saw (agar selamat dari neraka)

Maka ketika mereka pulang, mereka pun melaporkannya kepada Rasulullah saw, dan Rasulullah saw bersabda: andai kalian masuk kedalamnya, nescaya kalian tidak akan keluar daripadanya, sesungguhnya ketaatan hanya kepada perkara yang baik sahaja.

Dalam riwayat lain: Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, sesunguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan. (hadis riwayat Ahmad, al-Bukhari,Muslaim,Abu Daud dan An-Nasa'i)

p/s: Nak taat pemimpin pun tengok2 la sikit, kalau bercanggah dengan syariat jangan ikut, macam kita solat berjemaah la, kalau imam salah kita tegur dulu, kalau tak dengar (tak berubah) kita mufarakah la, atau orang lain yang gantikan imam tu untuk jadi imam kita. Kalau pemimpin tidak taat pada islam, bagaimana kita boleh taat kepada mereka?

Selasa, 14 Februari 2012

Dibelit ular ketika berzina


Gambar hiasan
Melihat pendedahan yang dibuat oleh sebuah stesen televisyen swasta baru-baru ini mengenai anak bangsa kita yang melakukan perbuatan terkutuk di dalam hutan terutamanya di pusat-pusat perkelahan mengingatkan….
Pengalaman saya berhadapan dengan sepasang tunang yang mengadu menghadapi masalah besar beberapa tahun lalu,” beritahu Ustaz Abdullah Mahmud, penceramah bebas yang dikenali ramai. Tambahnya, beliau memang tidak hairan dengan pendedahan tersebut kerana sepanjang menjadi penceramah, kaunselor dan merawat orang, dia didatangi oleh golongan remaja yang mengadu menghadapi masalah akibat terlanjur terutamanya si wanita yang mengandung setelah berzina di merata tempat tak kira hutan, hotel, rumah kosong, dalam semak, kereta dan sebagainya.
“Adakalanya saya menitiskan air mata apabila mengingatkan pergaulan bebas anak muda kita yang makin menjadi-jadi.
Mereka ini langsung sudah tidak takut bala Tuhan. Mereka sudah tidak dapat membezakan antara halal dan haram,” tegas beliau dengan nada kesal. Berbalik kepada pasangan tunang yang datang menemui beliau di pejabatnya di Batu Caves, Selangor ketika itu, Ustaz Abdullah menjelaskan pasangan itu yang berumur lingkungan pertengahan 20-an itu datang untuk meminta pertolongannya.
“Apa yang boleh saya bantu encik?”
Tanya Ustaz Abdullah kepada mereka. Si lelaki kelihatan malu-malu untuk menceritakan masalahnya manakala si perempuan mencubit paha lelaki itu mungkin meminta agar segera menceritakan masalah mereka. Ustaz Abdullah yakin masalah yang dihadapi oleh pasangan itu agak berat kerana berdasarkan pengalaman, lazimnya hanya mereka yang menghadapi masalah besar saja akan pergi menemui kaunselor atau ustaz bagi mencari jalan agar kekusutan yang dialami mereka terlerai.
“Ustaz…macam ini, saya dan tunang saya ada masalah sikit. Ketika tidur, saya selalu nampak ular dalam rumah. Begitu juga dengan tunang saya. Seringkali ketika tidur, tunang saya menjerit-jerit. Dia kata ular besar datang membelitnya.”
“Saya sendiri sudah takut hendak masuk di dalam semak kerana sering terbayang ada ular,” beritahu lelaki itu ringkas.
Mendengar masalah itu, Ustaz Abdullah termenung sejenak. Dia merenung memikirkan “penyakit” aneh yang dihadapi oleh pasangan itu.
“Awak pernah pukul ular ke?”
Ustaz Abdullah mengajukan soalan rambang . Bagaimanapun lelaki itu menggeleng kepala sambil memberitahu dia tidak pernah memukul ular. Lelaki itu turut memberitahu dia dan tunangnya jadi fobia kepada ular dan akibat itu badan mereka menjadi lemah tidak bermaya akibat sering terkejut.
Mereka juga menyatakan telah pergi menemui beberapa orang bomoh meminta air penawar agar kelibat ulat tidak tergambar lagi dalam bayangan matanya tetapi semuanya tidak menjadi. “Selalunya kalau jadi macam ni, pasti ada sebabnya.
Kalau tidak ada sebab tertentu, setahu saya perkara seperti ini tidak akan berlaku tambahan lagi berdasarkan pengamatan saya, awak berdua bukan terkena sihir,” kata Ustaz Abdullah yang menyedari pasangan tunang itu cuba menyembunyikan cerita yang sebenar kepadanya.
Namun lelaki itu tetap berkeras menyatakan mereka tidak pernah melakukan sesuatu kesalahan seperti memukul ular dan sebagainya.”Tak perlu hendak malu. Saya hendak tahu ini pun, bukannya saya bermaksud hendak campur hal encik tapi dengan mengetahui puncanya, mudahlah sikit saya berikhtiar kalau-kalau ada serasi, Allah akan makbulkan permohonan kita,” pujuk Ustaz Abdullah lagi.
Sebaik saja mendengar kata-kata itu, wajah mereka tiba-tiba berubah. Si perempuan pula tiba-tiba menitiskan air mata manakala yang lelaki tunduk ke bawah memandang lantai. Dia kelihatan malu untuk bertentangan mata dengan Ustaz Abdullah. “Macam ini Ustaz, sebenarnya saya kena belit ular sawa setahun yang lalu, sejak itu saya mengalami masalah ini, sering diganggu dengan bayangan ular. Tunang saya juga kena belit ular,” akui lelaki itu agak mengejutkan Ustaz Abdullah.
Ustaz Abdullah yang tidak begitu faham dengan penjelasan itu terus bertanya kepada mereka bagaimana cerita yang sebenarnya. Barangkali setelah yakin dengan keikhlasan Ustaz Abdullah untuk membantu, akhirnya pasangan itu menceritakan segala-galanya. Cerita lelaki itu, kejadian itu berlaku sebelum mereka bertunang. Pada suatu hari, mereka yang mengaku bekerja di sebuah syarikat yang sama di Shah Alam, Selangor mengatur janji untuk pergi ke sebuah tempat perkelahan di Selangor. Mereka yang kebetulan bekerja syif malam telah mengambil keputusan untuk pergi pada hari biasa kerana pada hari tersebut orang tidak ramai maka mudahlah mereka bermadu asmara dan bercengkerama.
Menurut lelaki itu lagi, sebelum itupun, mereka pernah pergi ke situ pada hujung minggu. Bagi mereka, pada hujung minggu tidak sesuai kerana, pengunjung terlalu ramai, maka menyukarkan mereka untuk bercumbu rayu. Itupun mereka memilih tempat terlindung tetapi tidak terlepas daripada gangguan pemuda-pemuda yang suka mengendap.
“Hanya dua bulan perkenalan, kami sudah terlanjur. Ketika saya dibelit ular tempoh hari, saya berkenalan dengan tunang saya ini sudah enam bulan.
Banyak kali sudah kami melakukan perbuatan terkutuk itu,” nyata lelaki itu sambil menangis. Sebaik saja sampai di kawasan perkelahan yang mempunyai sebatang anak sungai itu, dia menyorokkan motosikal di dalam semak. Manakala tempat mereka bersama terlindung di sebalik pokok balak berhampiran gigi air sungai. Pada tengahari itu memang sunyi. Seorang
manusia pun tidak kelihatan.
Bukan main seronoklah mereka berdua kerana dapat bermadu kasih tanpa gangguan, meskipun terbit rasa bimbang kalau ada yang mengintip di sebalik semak atau diserbu pihak berkuasa tapi perasan rindu dendam yang membara mengatasi segala-galanya. Di situ, pada mulanya mereka berbual-bual sambil berpegangan tangan. Kemudian melarat ke bahagian lain pula.
Seterusnya nafsu mula menguasai diri masing-masing. Berbekalkan kertas suratkhabar, ia dijadikan alas untuk mereka berbaring. Pakaian si perempuan dilucutkan satu demi satu, selepas itu yang lelaki pula menanggalkan pakaian. Mereka bercumbu rayu dan terus berzina tanpa menyedari di dalam rumpun semak di hujung kaki mereka berlengkar seekor ular sawa sebesar paha orang dewasa sedang mengeram.
“Kami tak sedar ada ular. Tengah-tengah buat benda tu, kaki saya tertendang ular itu menyebabkan dengan pantas ia terus menyerang dan membelit kami berdua. Ia berlaku dengan pantas sekali, tidak sempat kami hendak melarikan diri,” cerita lelaki itu dengan perasaan kesal. Akibat belitan ular sawa itu, mereka berdua merasakan ajal mereka akan tiba pada bila-bila masa kerana setiap kali mereka meronta, semakin kuat ular itu menjerut tubuh mereka.
“Saya menjerit sekuat hati meminta tolong. Perasaan malu sudah tidak ada lagi dalam diri saya pada masa itu. Yang penting, nyawa kami harus diselamatkan dan pada masa yang sama, saya semakin sesak nafas kerana belitan ular itu yang sungguh kuat dan mulutnya terngaga luas seperti tidak sabar-sabar hendak menelan saya,” beritahunya tanpa segan silu lagi.
Keadaan kekasihnya semakin lemah. Mukanya pucat lesi seperti sudah kehilangan darah. Lelaki itu tidak mampu berbuat apa-apa. Kudratnya tidak terdaya menandingi ular besar itu.
Dalam keadaan cemas, tiba-tiba muncul seorang pemuda dari sebalik semak sambil memegang sebatang kayu untuk memukul kepala ular itu yang hendak membaham kepala lelaki tersebut. Pemuda itu teragak-agak untuk memukul kepala ular sawa itu mungkin bimbang kalau terkena kepala lelaki itu. “Saya menjerit dan merayu agar ditolong dengan nada yang tersekat-sekat kerana sesak nafas. Kemudian pemuda itu dengan laju menghayun kayu sebesar betis itu beberapa kali mengenai kepala ular tersebut.
“Akhirnya, ular itu terkulai dan belitannya terurai. Saya tidak mampu bergerak lagi manakala kekasih saya pengsan. Pemuda itu memakaikan semula baju kami. Kemudian dia pergi meminta bantuan orang untuk menghantar kami ke hospital. Dia hanya seorang diri. Saya tidak pasti siapa pemuda itu dan dari mana dia datang. Saya syak mungkin pada mulanya dia sedang mengintai saya buat “projek,” cerita lelaki itu lagi. Akibat belitan ular tersebut, pasangan itu mengalami kecederaan agak teruk iaitu si lelaki patah satu tulang rusuknya manakala kekasihnya patah dua batang tulang rusuk.
Empat bulan selepas kejadian itu, mereka melangsungkan pertunangan dan merancang untuk berkahwin dalam masa terdekat setelah didesak oleh keluarga yang mengetahui kejadian itu. Bagi mereka, masalah sering dihantui oleh bayangan ular lebih perit daripada menanggung kesakitan akibat patah tulang rusuk.
Akibat “badi” itu, tidur malam mereka terganggu setiap malam dan walau kemana sekalipun berada,mereka terbayang berhampiran mereka ada banyak ular. Mendengar penjelasan lelaki itu, fahamlah Ustaz Abdullah apa sebenarnya yang terjadi. Namun sebelum merawat pasangan itu, beliau telah menasihatkan mereka agar bertaubat kerana telah melakukan perbuatan zina.
Ustaz Abdullah juga memberitahu mereka, berkemungkinan peristiwa dibelit ular itu adalah balasan Tuhan di dunia di atas perbuatan mereka itu. “Awak berdua patut bersyukur. Saya rasa Allah sayangkan awak berdua. Dia bagi azab kecil kepada awak berdua mungkin supaya awak insaf dan segera bertaubat. Kalau nak ikutkan, ramai orang berzina tetapi Allah tidak mahu menunjukkan balanya di dunia ini, maka kerana tidak pernah dijatuhkan bala itu, mereka ini berterusan melakukan zina,” nasihat beliau membuatkan pasangan itu menangis tersedu-sedu sambil berjanji akan bertaubat serta berkahwin secepat mungkin.
Ustaz Abdullah memberi sebotol air penawar. Air itu digunakan untuk mandi dan minum. Di samping itu, Ustaz Abdullah menasihatkan pasangan itu agar sering mengingati Tuhan semoga penyakit fobia mereka hilang. Mereka pulang dengan wajah riang dan tidak lama kemudian lelaki itu menghubungi Ustaz Abdullah memberitahu mereka berdua telah sembuh sepenuhnya dan menjemput beliau hadir ke majlis perkahwinan mereka.
sumber:harian metro online
p/s: kalau Allah sayangkan kita, Allah akan buka aib kita. Untuk melepaskan kita dari siksa akhirat.